Pada suatu masa, ubur-ubur menjadi sangat berkuasa di lautan. Mereka dapat menyengat makhluk laut apapun hingga kehilangan daya, bahkan menyingkirkan makhluk laut tersebut untuk selama-lamanya. Ubur-ubur pun jadi makhluk yang paling ditakuti di lautan. Mereka menguasai pemerintahan dan kekayaan lautan.
Keadaan itu membuat ubur-ubur menjadi makhluk yang pongah. Mereka yakin hanya ubur-uburlah makhluk beradab yang ada di lautan. Oleh sebab itu, mereka merancang program “penguburan”, yaitu menjadikan semua makhluk seperti Ubur-ubur.
“Ini demi kemajuan lautan,” kata Sri Raja Ubur-ubur.
“Ya. Kita semua tentu ingin seluruh makhluk laut jadi seunggul ubur-ubur,” Perbur, Perdana Mentri kerajaan lautan, mendukung pernyataan rajanya.
Tak lama kemudian, program penguburan dilaksanakan. Semua makhluk laut diajarkan bergerak dan menyengat seperti Ubur-ubur. Mereka dipukuli, digiling, dan sedkit diblender agar membubur seperti Ubur-ubur. Mereka juga dipaksa melatih tenaga dalam agar dapat bersinar dalam gelap. Yang lebih parah lagi, berbagai cara dilakukan agar semua makhluk laut memiliki tentakel; mulai dari pencangkokan tentakel, membuat cairan penumbuh tentakel, sampai membuat tentakel elektronik.
Setelah program berlangsung dua minggu, Perbur kembali menghadap Sri Raja Ubur-ubur.
“Paduka, tampaknya program penguburan tak mungkin berhasil seratus persen.”
“Wah…kenapa?”
“Tidak semua makhluk laut bisa menyengat, dilembekkan, dan memfungsikan tentakel mereka dengan baik. Padahal kami sudah melakukan segala cara; mulai dari konsultasi psikologis, disiplin militeristik, bahkan hipnotis.”
Mendengar penjelasan Perbur, Sri Raja Ubur-bur tampak berpikir. Beberapa saat kemudian, dia akhirnya memutuskan,
“Ya sudah. Musnahkan saja makhluk-makhluk yang tak mungkin diuburkan!”
“Musnahkan, Paduka?”
“Ya. Musnahkan. Masukkan mereka dalam ruangan tanpa air sampai…yah…pokoknya sampai mati sajalah!”
“Paduka yakin?”
“Yakin sekali. Penguburan adalah program untuk membuat semua makhluk laut seunggul ubur-ubur ‘kan?”
“Ya, Paduka.”
“Jadi, untuk mencapai target, musnahkan saja makhluk-makhluk yang tak mungkin seunggul ubur-ubur!”
Setelah perintah itu diturunkan, sebuah ruang tanpa air disiapkan. Makhluk-makhluk laut yang tidak dapat dijadikan seperti ubur-ubur dijejalkan di sana lalu dibunuh secara massal. Lautpun menjadi ekosistem hampir homogen yang hanya terdiri dari ubur-ubur atau makhluk-sejenis ubur-ubur. Ikan-ikan, yang memang sangat sulit dijadikan seperti ubur-ubur, semakin lama semakin punah. Manusia kehilangan sumber protein. Bisnis ikan hias pun tak lagi terlalu jaya.
Fenomena ini dibahas dalam sebuah forum lingkungan hidup.
“Kita mungkin terlalu mengeksploitasi kekayaan alam,” kata pemimpin forum, menyalahkan diri sendiri.
“Ya. Karena keserakahan kita, ikan laut keburu punah,” sesal seorang anggota forum dengan suara yang dalam dan rendah.
“Hmm. Untuk mengekspresikan penyesalan kita, ada baiknya kita melakukan sebuah gerakan. Gerakan penguburan,” kata pemimpin forum lagi.
“Penguburan?” tanggap hampir seluruh anggota forum.
“Ya. Penguburan keserakahan dan sikap-sikap eksploitatif yang destruktif,” jelas si pemimpin forum. Seluruh anggota forum menyambut baik usul pemimpin forum. Maka mulailah mereka mempopulerkan gerakan penguburan; mengajak semua manusia lebih bijak menggunakan sumber daya alam.
Gerakan ini terdengar sampai ke laut. Maka, Lula, mentri luar negeri kerajaan laut, melaporkan.
“Paduka, hamba dengar di darat manusia melakukan gerakan penguburan juga.” “Kenapa? Manusia juga sadar kalau ubur-ubur makhluk yang unggul?”
“Bisa jadi, Paduka. Yang pasti gerakan ini dimulai setelah ikan-ikan semakin punah.”
“Ya. Pasti karena itu. Ubur-ubur memang makhluk paling beradab yang ada di seluruh jagat raya,” kata Sri Raja Ubur-ubur.
Setelah mengatakan itu, Sri Raja Ubur-ubur diam. Berpikir. Beberapa saat kemudian dia melanjutkan, “Kalau begitu, kita harus membantu manusia.”
“Bagaimana caranya, Paduka?”
“Hanya ubur-ubur yang tahu persis cara menjadi ubur-ubur…hahahahaha…,” tawa Sri Raja Ubur-ubur menggelegar. Seluruh lautan bergelora.
***
Keesokan harinya, ratusan, ribuan, jutaan ubur-ubur dari laut merayap ke daratan.
Bandung, 17 Juli 2007
Serem...
BalasHapusYoi, serem - pak keluar semua dari laut =D
BalasHapus