Dulu Dea pikir gajah ini nggak pernah jalan-jalan. Ternyata, Temen-temen, Dea salah. Pada suatu hari pas Dea lagi nyuci sendal, Si Gajah nyeritain rahasianya ke Dea.
“Dea, kamu tau, nggak kenapa belalaiku bisa digondrongin ?”
“Tau. Biar gaya.”
“Bukaaan … belalai ini bikin aku bisa pergi ke maaana … aja.”
Dea berenti nyikat sendal. Ngamatin Si Gajah yang sedang memperpanjang belalainya. “Belalai ini bisa teruuuus … bertambah panjang tanpa batas. Ruang nggak bisa ngehalangin dia. Bentuk nggak bisa ngedikte dia,” ungkap Si Gajah penuh semangat. “Oh … oh, iya, ya …,” tanggep Dea ikutan girang. Abis itu Dea nyentuh belalai gondrong Si Gajah yang bening dan dingin, terurai ke bak, tinggal di jari-jari Dea, ngalir keluar dari kepala Gajah, menjalar di batu-batu, dan sebentar lagi mungkin terbang dijemput matahari. Belalai Si Gajah bisa bertualang ke mana-mana, lebih jauh dari yang mungkin Dea pikirin.
“Hari ini belalaiku akan ikut jalan-jalan dengan kaki kamu.”
“Aku tau.”
Dea cepet-cepet nyikat sandal Dea, ngguyur sabunnya dengan kegondrongan belalai gajah, terus pergi jalan-jalan dengan sandal basah. Di tengah jalan nanti, Si Gajah yang bertualang dengan belalainya mutusin sendiri ke mana mau pergi. Mungkin ikut sama matahari. Mungkin nyentuh panas aspal. Mungkin nyium rumput-rumput di trotoar. Pada waktunya nanti, dia akan pulang lagi ke kepalanya, ke kamar mandi tante Dea.
Malem itu sebelum tidur Dea kembali nyapa Si Gajah, “Hari ini seru?” “Seru, dong,” saut Si Gajah. “Kenapa kamu nggak pernah nyeritain rahasia ini ke orang-orang? Ini kan asyik,” kata Dea sambil nyuci kaki Dea. “Aku cerita setiap hari, Dea, tapi orang-orang nggak ngerti. Mereka pikir aku cuma bilang SORRRR … tanpa arti,” kata Si Gajah setengah bersungut. “Oh … jadi ini bukan rahasia, ya? Kalau gitu Dea yang ceritain ke orang-orang boleh? Kebetulan Dea lagi ikut program #30 Hari Menulis,” kata Dea. “Boleh. Kasih tau juga kalau mungkin di rumah orang-orang itu ada gajah seperti aku, yang belalainya bisa tambah gondrong dan bertualang ke mana-mana. Kepala gajah itu beda-beda. Ada yang putih, keramik, bahkan ada yang cermin. Mata mereka juga beda-beda. Ada yang satu, ada yang dua. Tapi pada intinya mereka gajah-gajah yang bertualang dengan belalainya,” papar Si Gajah. Dea ngangguk-ngangguk, “Okay …”
Dea siap-siap untuk tidur. Pssst … Temen-temen … ada satu “rahasia” lagi. Si Gajah punya telinga yang lebar sekali. Setiap malem Dea tidur di salah satu telinganya.
Lovely story x)
BalasHapusTerimakasih, yaa ... =)
BalasHapus