Temen-temen, kenalin. Ini adalah sendok-sendok penyembah kentang. Dengan setia mereka nunggu dipake lagi untuk nyendok kentang. “Kita akan ngerasa terhormat dan beragama,” kata salah satu sendok ke Dea. “Iya. Soalnya kita ngelakuin sesuatu buat kentang,” sambung sendok yang satu lagi.
“Kentangnya kita panggang nanti aja, ya, pas udah mau kita makan, biar anget,” usul sepupu Dea. Tante dan sepupu-sepupu Dea yang lain setuju. Jadi dua sendok penyembah kentang dibawa ke bak cuci piring.
Air ngebasuh kentang-kentang yang sisa di permukaan sendok. “Ting-ting … kita dijauhkan dari Tuhan kita,” kata sendok yang satu. “Tapi kita tetep setia menyembah kentang,” sambung temennya. Abis itu sepanjang sore kedua sendok penyembah kentang ditaro di antara sendok dan garpu lainnya di deket bak cuci piring.
“Saya garpu penyembah mi goreng,” kata sebuah garpu.“Saya pisau penyembah susis,” sambung sebuah pisau.
“Saya sendok penyembah kuah tahu,” sambung sebuah sendok yang sedikit lebih besar.
“Kami sendok penyembah kentang,” kata dua sendok penyembah kentang.
Setelah itu mereka bertengkar Tuhan siapa yang jadi pusat.
Dea nggak tau mereka sadar apa enggak kalau saat itu mereka sama-sama bau sabun colek. Dea juga nggak tau mereka sadar apa enggak kalau besok, atau bahkan malemnya, mereka bisa aja saling bertukar Tuhan.
Hari itu hari Minggu. Berita perseteruan antar agama tidak libur. Berkeliaran di tv, koran, dan internet.
hampir mirip sama foto yang diblog saya hahahaha :D
BalasHapusSerius ... ? Wah ... artinya kapan2 kita musti kerja sama keliatannya ... hehehe ...
BalasHapussangat menarik !
BalasHapusbisa kepikiran gitu.. iri deh sama imajinasi kamu, juga teddy yang liar dan indah.
:)