Beberapa bulan terakhir, perang kampanye capres di sosial media sempet bikin Dea agak setress. Banyak orang marah-marah dan saling serang. Berita-berita negatif yang nggak jelas kebenarannya beredar seperti wabah penyakit. Tuduhan yang menghakimi berdesingan seperti peluru. Beberapa pertemanan jadi retak. Apa yang bakal terjadi di depan nanti susah dipastiin seperti bayang-bayang.
Dea ngamatin ati-ati dan diem-diem. Nggak pengen banyak komentar, karena nggak kepengen bikin suasana tambah keruh aja. Tapi terus terang, baru di Pemilu kali ini Dea ngerasa Indonesia punya harapan. Setelah bertaun-taun punya hak pilih, baru kali ini Dea ngerasa terpanggil untuk bener-bener ngasih dukungan suara di Pemilu. Dan kalau semuanya lancar, berarti ini Pemilu pertama Dea :D
Karena langkah-langkah Dea senantiasa dipelihara sama intuisi, alesan Dea milih calon nomor dua juga agak intuitif. Dea percaya, karena sepanjang waktu intuisi inilah yang ngejaga setiap pilihan di idup Dea. Pengalaman ngajarin Dea untuk nggak nyangkal suaranya yang alus, termasuk drive untuk akhirnya nulis posting ini.
Untuk #AkhirnyaMilihJokowi.
Harapan adalah celah kecil yang bikin kita ngeliat kemungkinan adanya cahaya yang lebih besar. Ayo kita berlari-lari ke sana dengan optimis dan sukaria.
Siapapun pilihan kamu -- nomer satu ataupun nomer dua -- I respect you as much. Hak pilih itu hak asazi setiap manusia, kok, sama seperti hak nentuin keyakinan iman.
Siapapun yang akhirnya nanti naik jadi presiden, jangan putus berdoa untuk negeri ini, ya...
Salam dua jari
Salam dua kali dua hari lagi ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar