Rabu, 01 April 2015

Hukum Cinta Kasih


Hari ini, waktu ngeliat rangkaian upacara Budha pengantar seorang saudara yang meninggal, Dea inget percakapan Dea sama temen Dea waktu SMP. 

"Orangtua gua nggak ngelarang gua dan adik gua ke gereja. Masuk Kristen juga nggak apa-apa. Tapi waktu gua bilang gua nggak mau ikut sembayang lagi, mereka sedih," cerita si temen.
"Oh, gitu. Kenapa?" tanya Dea.
"Mereka bilang, 'nanti kalau mami sama papi meninggal, siapa yang nyembayangin mami sama papi?'"
Karena dulu ukuran kebenaran masih segitu-gitunya buat Dea, Dea ngedukung keputusan temen Dea. Dea nganggep kebenaran itu satu dan saklek. Jadi apa yang dirasain dan dikhawatirin orangtuanya temen Dea nggak bisa dijadiin bahan pertimbangan. 

Tapi hari ini, ketika ngeliat rangkaian upacara kematian yang khidmat menjelang kremasi, dan ngeliat anak tunggal oom (alm.) yang ngikutin prosesi itu dengan takzim, Dea jadi inget mami-papinya temen Dea. Tau-tau Dea kepengen nangis. Dea bisa ngebayangin perasaan orangtua temen Dea kalau di hari itu nggak ada satu pun anak mereka yang mau nganter. Apalagi di tradisi kepercayaan mereka, ketika seorang istri atau suami meninggal, pasangannya nggak boleh ikut nganter ke kremasian. Cuma anak yang boleh ngedoain.



Prinsip bahwa kebenaran cuma satu, bikin kita abai sama situasi-situasi kayak gini. Padahal kalau Dea liat, bukan tata cara dan doanya yang lebih penting, tapi perasaan aman karena di saat terakhir, almarhum tetep dianter sama orang yang paling mereka sayang. Keluarga. Anak-anak mereka.

Siang itu Dea ikut berdoa untuk oom dan keluarganya. Meskipun sambil pegang hio, Dea berdoa dengan kepercayaan Dea sendiri. Bukan karena nganggep kebenaran cuma satu, tapi karena Dea punya cara yang sangat personal untuk terhubung sama Tuhan. Itu iman, dan itu sesuatu yang nggak bisa diambil dari kita sebenernya, bukan tata caranya. Tuhan sendiri nggak terbates definisi, apalagi agama. Percaya sama Tuhan berarti percaya kemahaesaan-Nya. Dan percaya kemahaesaan-Nya berarti percaya kalau dia nggak akan gagal dicapai dengan doa yang modelnya kayak apa juga. 

Ada ayat Alkitab yang sering dikutip sejuta umat, tapi nggak pernah terlalu basi untuk jadi reminder yang baik:

“Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”
Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Matius 22: 36-40 

Sekali lagi: 


"yang sama dengan itu"

dan


"Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Dea percaya kalau Tuhan adalah kasih itu sendiri. Semua yang berdiri atas dasar hukum ini nggak akan keilangan ikatan dengan kemahaesaan Tuhan.


Semoga Dea selalu bisa ngejaga Tuhan yang kecil sekaligus besar di dalem hati Dea.

Semoga :)



Turut berduka cita untuk Tante Ayun dan Hilda ...

1 komentar:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Oh ya, di sana anda bisa dengan bebas mendowload music, foto-foto, video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus