Jumat, 09 Desember 2016

Sajian Cerita Horor: Penyu Ngeceng

Ini adalah cerita yang Dea buat di couchsurfingwriter edisi 8 Desember kemaren. Hostnya Ryan. Kami ngambil empat kata random, subyek-predikat-obyek-keterangan, yang harus dirangkai jadi cerita horor. HOROR, PEMIRSA. Tapi apa daya, Si Dea nggak bisa bikin cerita horor. Meski udah berusaha, beginilah hasilnya.

Ini 4 kata yang Dea dapet:



Dan ini ceritanya...




Mahasiswa cantik itu dapat meraup uang dengan sangat mudah. Bukan, ia bukan ayam kampus meski kata kuncinya hewan-hewanan juga. Lalu apa pekerjaannya? Ia adalah "Penyu Ngeceng".

Penyu Ngeceng berfungsi seperti babi ngepet. Si Mahasiswa harus punya partner untuk berpraktik. Prosedurnya juga hampir mirip. Si partner duduk berjaga di dekat lilin malam, jangan sampai lilin malam itu berubah menjadi...lilin pagi, apa lagi lilin siang. Ketika partnernya berjaga sambil membaca mantra, Si Mahasiswa harus menangis sesedih-sedihnya. Jika sudah klik, Si Mahasiswa akan loncat ke tempat penjarahan yang dituju dan menjelma jadi penyu. Oh, iya. "Penyu Ngeceng" di sini merupakan singkatan dari "Penyugihan Ngepet dengan Cengeng".

Di tempat penjarahan idaman, Penyu Ngeceng dapat mengambil apa yang ia mau. Jika sudah selesai, ia tinggal menangis lagi. Partner penjaga lilin akan melihat tandanya, membaca mantra, dan pulanglah Penyu Ngeceng sebagai mahasiswa lagi membawa harta kekayaan rampokan.

Maka begitulah ceritanya. Supaya temanya tetap hewan-hewan, partner yang diajak Si Mahasiswa adalah Macan Kampus. Macan Kampus yang memang sudah kurang jelas tujuan hidupnya tentunya mau direkrut dalam proyek Penyu Ngeceng ini. Ia ingin juga mendapat kekayaan secara cepat, dan mana tau sesudah itu Si Mahasiswa yang secantik Sophia Latjuba itu mau jadi istrinya nanti. 

"Bang, lilin malam ini jangan sampai jadi lilin pagi, ya. Kalau nggak aku akan terjebak jadi penyu selamanya," pesan Si Mahasiswa sebelum ngeceng.
"Ya. Pasti kujaga, Dek."
"Lagian kalau aku nggak kembali, kau nggak dapat uangnya, Bang."
"Iya juga, ya. Ok, deh, ok..."

Maka praktik Penyu Ngeceng yang mistis dan mencekam segera dilangsungkan. Macan Kampus membaca mantra. Loncatlah mahasiswa ke rumah seorang ibu sosialita yang kaya raya.

Sementara Si Mahasiswa menjadi Penyu Ngeceng, Macan Kampus mulai bosan menunggu. Mulailah ia melakukan berbagai kegiatan yang tak perlu antara lain membentuk-bentuk lilin malam menjadi orang-orangan, ayam-ayaman, dan apel-apelan. Akibat perbuatan Macan Kampus, di seberang sana Penyu Ngeceng menjadi amorfus. Karena merasakan ketidakberesan, Penyu Ngeceng menangis minta pulang. Tapi Macan Kampus yang terlalu asyik sendiri tidak menyadari bahaya yang dihadapi Penyu Ngeceng. Penyu menangis semakin menjadi, tapi malang baginya, justru ibu sosialita dan satpam-satpamnya yang mendengar. Mereka tergopoh masuk ke kamar ibu sosialita dan terkejut melihat benda tak berbentuk melata-lata di lantai kamarnya.

"Aaaakkk...benda apa itu? Tangkap! Tangkap!" jerit Ibu Sosialita histeris.
Satpamnya bergerak cepat. Dan ketika tertangkap... Penyu Ngeceng kembali menjelma jadi penyu.

Sejak hari itu, Penyu Ngeceng dibunuh dan diawetkan dengan air keras. Ia abadi sebagai penyu-penyuan pajangan di rumah sosialita itu. Lalu Macan Kampus? Ia masih asyik bermain lilin malam hingga cerita ini dituliskan...

TAMAT

Gitu deh. Ngeri nggak? Nah, ini  tema temen-temen yang lain. Andikha (baris satu) bikin cerita metaforik tentang kancil dan buaya, Ryan (baris dua) bikin cerita yang gayanya film banget tentang supir pincang, kompleks, dan monyet misterius, dan Ozy  (baris tiga) bikin cerita yang...pokoknya yang paling horor...

Foto: Ryan

2 komentar:

  1. Ah, nasib si Penyu Ngeceng, apes juga akhirnya ketangkep Tante Sosialita XD

    BalasHapus
  2. Abis kan harus horor hehehe...jadi dihoror-hororin Ning :p

    BalasHapus