Senin, 20 September 2010

Day #15: Dongeng Katak(ata)

“Nanti ini mau di-twit lagi ‘seperti minum kecebong’?” tanya Theo waktu selasih pesenan Dilla dateng. Dilla cengar-cengir sambil ngaduk minuman kesukaannya, “Iya, dulu aku pernah nge-twit kalo minum ini rasanya kayak minum kecebong,” jelas Dilla ke Dea. Dea meratiin benda-benda item berselaput putih yang ngambang di gelas Dilla. Kalo diliat-liat, mereka emang mirip kecebong. Dea ketawa-ketawa ngebayanginnya.



Hmmm … gimana kalau ternyata makhluk-makhluk itu emang kecebong? Gimana kalo di dalem perut Dilla, mereka akan tumbuh jadi berudu, anak katak, terus katak-katak besar? Jumlah mereka bakal banyak sekali. Setiap hari mereka akan lompat-lompat, bikin Dilla sering cegukan, bahkan bisa aja tiba-tiba Dilla berbunyi, “Grebet .. grebet …”

Tapi … mungkin kecebong-kecebong ini nggak akan tumbuh jadi katak biasa. Mereka akan tumbuh jadi katak(ata). Bisa jadi, lho, Temen-temen, soalnya tiap hari Dilla idup bersama katak(ata). Sebagai penyiar dia harus punya stok katak(ata) yang banyak. Selain itu Dilla penulis juga, dia selalu memproduksi katak(ata). Katak(ata) selalu berlompatan keluar dari mulut, jari-jari, bahkan menguap dari pori-porinya. Jangan-jangan itu karena Dilla sering minum kecebong. Beberapa saat kemudian Dilla pesen selasih lagi. Nah, kan … nah, kan … Dea rasa dugaan Dea bener, deh …

Para kecebong ngambang di air selasih yang manis. Waktu disedot Dilla, mereka berdesekan nyusup ke sedotan, berebutan masuk ke mulut Dilla. Dea senyum sendiri; percaya mereka dipelihara di perut yang baik. Kelak mereka bakal tumbuh jadi katak(ata) yang menginspirasi.

Temen-temen, tulisan ini diposting pada hari Selasa. Dea doain semoga “selasih”; semoga “Selasamu penuh kasih” ;)

Untuk Maradilla dan Theoresia, ibu-ayahnya #30harimenulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar