Temen-temen percaya jodoh? Dea percaya. Ada hal-hal yang Dea dapet karena Dea memang pengen dan berusaha, tapi sepanjang idup, lebih banyak lagi hal yang dateng secara ajaib ke Dea, nyaris tanpa effort. Dea percaya itu semua yang disebut jodoh. Serendipity. Hal-hal terbaik yang cuma butuh diterima dengan rasa percaya dan kegembiraan khas anak-anak.
IkanPaus adalah salah satu hal terbaik yang dateng ke Dea nyaris tanpa effort. Dari
awal kayak ada-ada aja kejadian yang bikin kami saling terhubung secara natural.
Kalau dirunut-runut, jauh sebelum kami deket juga, ada banyak peristiwa yang nyiapin
kami untuk ketemu di saat yang paling tepat dan dalam kondisi yang paling baik.
Salah
satu hal ajaib yang ternyata udah
kami susun jauuuuh … sebelum ketemu adalah materi lagu prosesi nikah kami, “Selamat
Datang di Negeri Bahagia”. Itu juga Dea
baru sadar waktu lagi ngobrol-ngobrol soal karya bareng Himawan, sahabatnya
Ikan Paus, beberapa waktu yang lalu.
“Zie,
elu pernah nggak sih bikin lagu yang emang bener-bener lu pengen bikin? Bukan
karena pesenan yang udah ditentuin temanya,” tanya Himawan.
“Sebenernya
ya lagu ‘Selamat Datang di Negeri Bahagia’ itu,” kata Ikan Paus. “Lagu itu udah
lama ada di kepala gua. Suasana dan kebudayaannya kebayang. Change of phase-nya
juga kerasa banget. Tapi liriknya rasanya nggak pernah bisa pas. Gua malah
sampe sempet mikir, apa gua perlu bikin bahasa baru untuk ngisi liriknya.”
“Lirik
yang dari aku cocok nggak kalau gitu?” Dea nanya.
“Iya,
yang itu pas,” saut Ikan Paus.
Himawan
ngangguk-ngangguk, “Lagu yang itu emang beda sama lagu nikah lu yang lain. Di
situ elunya keluar banget, Zie, Deanya juga.”
Dea
inget, waktu kami mau nikah, Ikan Paus cerita kalau dia udah punya lagu untuk
prosesi masuknya. Dia minta Dea bikin liriknya, tapi dia ngejelasin dengan
detail banget apa yang dia mau dari lagu itu. Pertamanya Dea agak resisten
karena biasanya Dea maunya suka-suka sendiri ketika nulis. Tapi ketika lebih ngedengerin,
Dea sadar kalau sebenernya apa yang Ikan Paus certain adalah sesuatu yang sama
sekali nggak asing buat Dea. Kebudayaan dan negeri imajinatif yang dibayangin
Ikan Paus selama bertaun-taun udah kebangun di kepala Dea sendiri. Nulis
liriknya jadi nggak susah. Cuma seperti mindahin makanan yang udah mateng ke
piring sajian atau masukin interior ke rumah yang masih kosong. Dan pas.
“Negeri
Bahagia” adalah gambaran yang Dea percaya tentang dunia dewasa. Ada perjalanan
yang cukup panjang untuk sampe ke keyakinan ini. Dulu Dea takut jadi dewasa
karena gambaran yang Dea denger tentang fase ini seringkali agak-agak serem. Orang-orang
sering bilang, dewasa artinya harus siap berhadapan dengan realitas yang nggak
secerah dunia anak-anak. Ada tuntutan-tuntutan yang bikin kita nggak bisa
ngelakuin apa yang kita suka sebebas-bebasnya. Ada aturan-atuan main yang bikin
kita jadi susah seutuh-utuhnya tulus. Kita juga disebut terlalu naïf kalau
percaya idup bakal baik-baik aja dan sayang sama kita, meskipun kita nggak
punya bayangan dan rencana atas apa yang bakal terjadi besok-besok. Kedewasaan
itu rasanya keruh banget dan kita harus survive ngadepinnya kalau mau jalan
terus.
Tapi
banyak hal yang Dea temuin sepanjang jalan, bikin Dea belajar ngeliat dewasa
dengan kacamata yang lain. Realitas nggak kejam. Dia cuma ngehadepin kita sama
banyak pilihan, dan dewasa artinya sadar penuh sama apapun yang kita pilih.
Realitas juga demokratis. Dia sebenernya nggak pernah maksa kita untuk jadi “keruh”,
tapi ngajarin kita untuk berterima sama yang namanya konsekuensi. Seperti
timbangan yang punya sepasang neraca supaya seimbang, konsekuensi juga gitu.
Selalu ada yang dia ambil, tapi ada juga yang dia kasih. Dewasa artinya belajar
main-main dengan sepasang neraca itu, dan tetep bisa lucu, kok.
Waktu
nerima kedewasaan dengan kacamata itu, Dea nggak takut lagi. Nggak ada yang
perlu berubah dari cara Dea ngeliat dunia kecuali kesadarannya. Di situlah
gambaran “Negeri Bahagia” dan sketsa liriknya mulai ngebayang, cuma belum tau
mau dibikin sebagai apa.
Nggak
lama kemudian Ikan Paus dateng untuk bikin semuanya lengkap sebagai nyanyian. Rasanya
semi-semi nggak riil. Karya itu separoh jadi di perjalanan kami
sendiri-sendiri, tapi nggak bisa kami lengkapin tanpa satu sama lain. Dari
antara semua lagu yang Dea ciptain bareng Ikan Paus, ini yang paling magical
terutama karena representatif sama esensi pernikahan.
Beberapa
nasehat yang kami denger tentang pernikahan agak-agak serem. Tapi sepanjang taun
ini, nikah ternyata menyenangkan. Kami ngelaluin semua yang dilaluin juga sama
setiap pernikahan. Kami banyak perlu bernegosiasi untuk saling menyesuaikan.
Kami ngeleburin “aku” untuk nyiptain “kita”. Kami saling nyembuhin luka-luka
yang kami nggak selalu sadar. Ngeluarin kualitas terbaik dari diri
masing-masing. Nemuin diri di satu sama lain. Jatoh dan bangun. Sedih dan
seneng. Nangis dan ketawa. Dan ketawa. Dan ketawa. Dan ketawa. Soalnya kalau Dea
inget-inget lagi, setiap hari kami lebih banyak ketawa-ketawanya. Yang lucu,
kesadaran itulah – tanda dewasa – yang bikin kami bisa ngejaga kemurnian
anak-anak di segala hal yang kami pijak supaya jadi pelangi.
Kasih
dan pengertian tumbuh di Negeri Bahagia. Nyentuh surga. Berbuah renjana.
Happy
anniversary, Ikan Paus. Makasih karena udah jadi temen bermain yang menyenangkan
sepanjang taun ini. Semoga kita bisa saling ngejaga sampai keidupan selanjutnya,
dan selanjutnya, dan selanjutnya lagi …
Buat
yang pengen denger lagu “Selamat Datang di Negeri Bahagia”, inih. Kalau ada
yang mau pinjem lagu ini untuk hari pernikahannya feel free lho. Kami bakal
seneng kalau bisa ikut ngedoain pernikahan kamu lewat lagu ini.
Selamat Datang di Negeri Bahagia
Iman menuntunmu kepada hari ini
Waktu mengasuh kisah, doa menjaga langkah
Iman menuntunmu kepada hari ini
Waktu mengasuh kisah, doa menjaga langkah
Selamat datang di Negeri Bahagia
Di mana rusa tak mengenal dahaga
Setiap ucapan semerdu gita
dan kasih tumbuh menyentuh surga
Di mana rusa tak mengenal dahaga
Setiap ucapan semerdu gita
dan kasih tumbuh menyentuh surga
Saat kau tapaki yang kau pijak menjelma pelangi
Kemarau berlalu sudah
musim semi sambutlah
Kemarau berlalu sudah
musim semi sambutlah
Selamat datang di Negeri Bahagia
di mana singa-singa menjaga domba
Setiap senyuman menerpa lara
Dan yang tumbuh berbuah renjana
di mana singa-singa menjaga domba
Setiap senyuman menerpa lara
Dan yang tumbuh berbuah renjana
Bandung, 18 Mei 2014
music by Fauzie Wiriadisastra
words by Sundea
words by Sundea
Aku kok ya mbrebes mili denger lagunya :)
BalasHapusDimbrebes miliiin Mbak Okke. Jadi pengen mbrebes mili juga :')
BalasHapusAnyway, makasih udah mampir dan baca postingnya, ya, Mbak Okke ...
BalasHapusMasih inget pertama kali ketemu dua2nya ga sengaja di Jakarta waktu itu dan hei! Kesan pertama lihat kalian malem itu "Malem-malem kok terang benderang gini ya (hahaha ^_^) . eh taunya taunya taunya sampe kemana-mana juga dan be happy!" Lalu lalu tahun ini , Mataharinya anniversary hai Nyonya dan Tuan Matahari , well di dalam satu yang besar itu pasti banyak penduduknya ^_^. Selamat berbahagia yaaa untuk setahun pernikahannya , semoga mataharinya jadi makin terang (nambah penduduknya :D ) Lalalala
BalasHapusHappy cerah - ceria Sundea ma Fauzi ^_^
Iya, inget. Ketemu di Galnas. Peyuk Belu, Makasih, ya :D
BalasHapus